Seperti yang kita ketahui bahwa sangat banyak dan berarti sekali peranan wanita dalam perjuangan islam, sehinga dengan perjuangan yang gigih itu, mereka dapat mengubah jalannya sebuah sejarah.
Diantara wanita-wanita tersebut terdapat tiga sosok wanita suci yang memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu majunya agama islam. Mereka adalah Khadijah (sa) istri Rasulallah (Saw), Fatimah Azzahra (sa) putri Rasulallah (saw) ,Dan putri Imam Ali (sa) Zainab Kubro (sa), Serta masih banyak lagi wanita-wanita lainnya yang memiliki peranan penting dalam sejarah Islam.Tetapi saya akan membahas sekilas tentang peranan Zainab dalam peristiwa karbala, Yang mana beliau adalah saksi mata langsung dan pembawa berita tentang kekejaman dan kebiadaban Yazid (lanatullah alaih) dan para pengikutnya, Pada peristiwa Tanah Karbala tempat dimana kakak beliau Imam Husein (as) telah syahid.
Sebelum masuk pada pokok pembahasan ada dua hal penting yang dapat utarakan yaitu tentang:1.Persensi Kehadiran Wanita Dalam MasyarakatPersensi atau kehadiran wanita di tegah-tengah masyarakat umum dalam segala hal, Adalah sebuah fenomena dan permasalahan yang tidak dapat kita pungkiri dan kita hindari. Namun yang masih diperdebatkan oleh sebagian orang adalah batas-batas dan syarat-syaratnya yaitu sampai dimanakah mereka memiliki peran dalam menjalani tugas-tugasnya didalam masyarakat tersebut. Yang dapat dikatakan secara ringkas adalah setiap pekerjaan yang dilakukan secara berorganisasi atau kelompok membutuhkan tenaga kerja yang ahli dan mahir. Yang setiap dari mereka melaksanakan tugasnya sesuai dengan keahlian dan kemahiran mereka masing-masing. Namun jika organisasi tersebut mempekerjakan seorang anggota yang bertentangan dengan keahlian dan kemahirannya akan menyia-nyiakan jerih payah mereka dan menyebabkan kegagalan dan kerugian organisasi tersebut. Keberuntungan dan ketenteraman setiap masyarakat dalam mendidik generasi baru terdapat pada sebuah akidah yang mengatakan bahwa manusia tercipta dari dua jenis yang berbeda laki-laki dan perempuan, dengan susunan tubuh yang berbeda secara jasmani dan rohani, yang dengan perbedaan itu mereka memiliki tanggung jawab yang berbeda pula. Dengan inilah akan terbentuk sebuah hubungan keluarga yang sangat erat, yang dari itu akan melahirkan sebuah generasi masyarakat yang baik ,penuh keimanan dan keperibadian yang luhur. Namun jika salah satu dari mereka tidak menjalankan tugasnya secara baik, bahkan mereka lalai dan melakukan pekerjaan selain tugas yang telah ditentukan oleh Tuhan, maka pondasi keluarga akan goncang, dan akhirnya budaya dan pendidikan masyarakatpun akan rusak.
2.Tugas Pokok Seorang Wanita Tugas pokok seorang wanita adalah mendidik dan membina sebuah generasi baru, dan menjaga keharmonisan keluarga. Dengan demikian, tidak dibenarkan seorang wanita melakukan aktifitas yang dapat menjauhkannya, apalagi mencegahnya untuk melakukan tugas pokoknya yang sangat berat ini. Selain itu akan meimbulkan kerugian pada masyarakat yang tak dapat diperbaiaki, karena kelalaian mereka tidak melaksanakan tangung jawabnya secara baik.Dan kepada mereka pun harus kita berikan dorongan semangat yang tinggi supaya mereka mau melakukan tugasnya itu secara baik, dan jangan sekali-kali kita benturkan mereka dengan kepribadian dan jati diri yang membuat mereka rendah diri dan malu melakukan aktifitas yang telah ditetapkan kepadanya. Karena kesempurnaan dan kepribadian setiap manusia adalah ketika ia dapat melakukan tugasnya secara baik dan benar.Oleh karena itu, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam mengikut sertakan wanita pada setiap bidang, adalah menerima mereka dalam berbagai tanggung jawab tanpa harus melalaikan dan merusak kewajiban asli mereka yaitu mendidik generasi baru dan menjga keharmonisan keluarga.Point selanjutnya adalah, seorang wanita dalam melakukan aktifitasnya ditengah-tangah masyarakat harus menjaga batas-batas legitimasi (ketetapan) syariat yaitu menjaga hijab dan harga dirinya. Dan menjauhi segala bentuk pekerjaan yang mengarah pada kemaksiatan. Permasalahan yang sangat besar adalah ketika sebuah pekerjaan sudah mengarah pada perbuatan dosa, karena hal ini dapat merusak akar dan pondasi keluarga, juga akan merendahkan keperibadian wanita itu sendiri. Oleh karena itu aktifitas mereka ditengah-tengah masyarakat dalam bidang sosial dan politik harus memperhatikan dua kepentingan diatas.Dalam sejarah islam banyak kita temukan wanita-wanita mu’minah yang mengubah sejarah dengan mengorbankan diri untuk kepentingan islam tanpa harus melalaikan tugas pokok dan utama mereka. Sehingga nama mereka diabadikan dalam sejarah, dan disejajarkan dengan kaum laki-laki. Tidak diragukan lagi, bahwa Zainab Kubro adalah salah satu wanita yang diketengahkan sebagai contoh dan tauladan bagi seluruh wanita dan bahkan laki-laki yang menginginkan kebebasan dan memerangi kezaliman.
Keperibadian Zainab binti Ali (as)
Sebelum memaparkan persensi politik sayidah Zainab (sa) saya ingin sedikit membahas tentang sisi kehidupan peribadi beliau. Zainab Kubro (sa) dibesarkan dibawah bimbingan langsung ayah dan ibunya yang mulia yaitu Imam Ali (as) dan Fatimah Az-Zahra putri Rasulallah, yang mana kedua orang tuanya memiliki ahlak dan keutamaan yang sangat tinggi, sehingga beliau memiliki sifat yang sempurna, Pidato yang beliau sampaikan di kufah dan syam mengingatkan semua orang akan pidato ayahnya Amirulmu’minin Ali (as). Dan beliau juga termasuk dari salah satu perawi hadis, yang mana pada masa kecilnya, ketika umur beliau tidak lebih dari lima atau enam tahun, beliau mendengar pidato yang pernah disampikan oleh ibunya dengan kandungan makna yang sangat tinggi, kemudian menukilnya untuk orang lain. Ibnu Abbas murid utama Imam Ali (as) dan seorang mufasir Qur’an menukil pidato yang disampai Fatimah Az-Zahra tentang tanah padak dari zainab, oleh karna itu beliau dijuluki sebagai Aqillatuna yang artinya seorang yang berakal dan pintar dari keluarga kami. Kemudian dari sisi ibadah, beliau adalah seorang yang tidak pernah meninggalkan solat malamnya. Diriwayatkan bahwa ketika beliau berada pada masa-masa tawanan dan dalam keadaan yang sangat sulit, yang tidak memungkinkan baik dari sisi jasmani dan rohani untuk beribadah, tetapi beliau tetap beribadah dan melaksanakan solat malam.
Peranan Zainab Sampai Syahadah Imam Husain (as)
Peranan Zainab sebelum Syahadah Imam Husain (as), sangat banyak sekali yang dapat kita kaji dari sejarah. Diantaranya adalah, bahwa beliaulah yang merawat dan menjaga para wanita dan anak-anak kecil, terlebih-lebih Imam Sajjad (as) yang ketika itu sedang mengalami sakit parah. Imam Sajjad (as)berkata: “Pada malam Asyura saya duduk di dalam kemah, dan bibikku Zainab sedang merawatku”. Selain itu beliau juga adalah seorang penolong dan penasehat Imam Husain (as), khususnya pada hari Asyura. Namun yang terpenting dari itu semua adalah, Imam Husain (as) telah mempersiapkan saudara perempuannya itu untuk berani menerima tanggung jawab yang sangat tinggi dan mulia ini, diantaranya adalah:
* Ketika Zainab di rumah Khuzaimah.
Ummu Aiman menukil perkataan yang pernah disampaikan Zainab kepadanya yang menjelaskan bahwa: Zainab pada tahun-tahun sebelumnya, Sebelum terjadinya peristiwa Karbala, telah mendengarnya dari lisan kakeknya Rasulallah (saw) kabar tentang syahadah yang akan terjadi pada saudara laki-lakinya Imam Husain (as) . Tetapi sampai perjalanan beliau menuju Iraq, beliau belum pempunyai keyakinan yang pasti bahwa semua peristiwa itu dalam waktu dekat akan terjadi pada Imam Husain (as). Oleh karena itu beliau berusaha semaksimal mungkin untuk menerima semua peristiwa pahit yang akan menimpa meraka. Iman Husein berkata” Wahai saudariku ! apa yang telah di tentukan Allah semua itu akan tejadi” disini Imam menjelaskan pada Zainab bahwa peristiwa itu akan terjadi dan Zainab harus menerima semua itu dengan sabar dan lapang dada.
*Perbincangan Imam Husain (as) dengan Zainab di hari Tasyu’a Dihari Tasyu’a (hari ke sembilan bulan Muharram)
Ketika Umar Sa’ad menyuruh pasukannya untuk menyerbu Imam dari dua arah, Zainab berkata pada Imam “Wahai saudaraku apakah engkau tidak mendengar suara yang mendekati kita?” Imam Husain menjawab “ Wahai saudariku barusan dalam mimpiku kakekku Rasulallah, ayahku Ali as, ibuku Fatimah, dan kakakku Hasan mendatangiku dan mereka berkata bahwa sebentar lagi aku akan berkumpul dengan mereka.” Diriwayatkan bahwa ketika Zainab mendengar perkataan imam, beliau memukul mukanya dan menangis. Imam Husain berkata “Wahai saudariku diamlah, jangan membuat para musuh menjadi senang”.
*Penjelasan Imam pada malam Asyura.
Di malam Asyura Imam menasehati Zainab agar tidak mendahulukan perasaannya dalam menghadapi segala masalah, saat itu Imam berkata: “Wahai saudariku takutlah pada Allah dan bersabarlah menghadapi segala cobaan, ketahuilah bahwa semua yang hidup di bumi ini akan mati, Dan apabila Allah menghendaki, semua isi dunia ini akan hancur. Hannya dengan kekuatan Allah semua yang ada di dunia akan tercipta dan dengan kekuatanNya pula semua akan musnah, karna Allah Maha Agung”. Ketika itulah Imam memberi kekuatan pada Zainab agar tetap bersabar karena dialah yang membawa berita tentang peristiwa yang terjadi di tanah Karbala
Sumber:Google.co.id
0 komentar:
Posting Komentar